Saya menulis ini sebagai pengingat, bahwa terkadang kita tidak menyadari bahwa hidup seharusnya sesederhana ini. Tanpa drama. Tanpa banyak yang harus dipikirkan. Tanpa banyak mau. Tanpa banyak pusing. Karena seringnya kita sendiri yang membuat hidup itu terasa berat. Here some tips for you:
1. Kenali adiksi-mu
Apakah adiksi? Ini istilah yang saya gunakan untuk menjelaskan ketertarikan berlebihan seseorang terhadap suatu hal. Ekstrimnya hal tersebut menjadi ketergantungan. Dan bentuknya bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Masih bingung? Cara paling mudah untuk mendeteksi adiksi diri sendiri adalah: coba perhatikan baik-baik. Barang apa yang paling banyak menumpuk dirumah. Lebih dalam lagi, barang apa yang sering kita beli tanpa pikir panjang. Atau kalau punya akun preloved di sosmed (social media), coba cek barang apa yang sering kalian jual kembali dengan berbagai alasan, apakah karena size nya, beli karena lagi diskon, punya barang yang sama, atau simpel karena kita sudah bosan, dan paling sering adalah karena sudah tidak ada ruang lagi untuk barang baru dirumah.
Saya menyadari adiksi saya adalah BUKU dan MAJALAH ! Buku apa saja saya suka. Suatu ketika saya sedang tertarik dengan parenting, saya bisa gila beli buku tentang itu. Pas lagi awal-awalnya program hamil, saya beli buku kehamilan. Pas lagi senang-senangnya belajar masak, beli buku resep. Begitu saja terus sampai suatu hari saya menyadari: Loh kok rak udah penuh, kenapa kamar jadi sumpek begini ya. Atau pada saat pindah rumah: kardus yang paling banyak (dan paling berat) isinya adalah buku dan majalah. Setelah menikah, semuanya makin jelas, suami sebagai “police room” mulai protes ketika buku dan majalah saya mulai bertumpuk.
Kalau saya adiktif dengan buku dan majalah, mungkin orang lain berbeda, ada yang “make up junkie”, skin care lovers, atau suka kalap ketika belanja sepatu dan tas, suka stok cemilan, apa saja. Mulai yang normal, sampai yang aneh bin ajaib. Suami saya adiksi dengan perintilan motor tua, see. Seiring berjalannya waktu mungkin kesukaan itu bisa berubah menyesuaikan pengembangan diri kita. Dulu saya suka belanja pakaian. Sekarang tidak lagi. Intinya adalah kenali dirimu sebaik-baiknya. Kenali barang-barang apa yang paling kamu suka dan sering beli. Pada fase ini seseorang akan merasakan rasa bersalah karena terlalu menghambur-hamburkan uang dan disaat yang sama merasa melakukan hal mubadzir (sia-sia). It’s okey, terima saja, rasakan saja ketidaknyaman ini, dan bersiaplah untuk membereskan segala sesuatunya.
2. Stop belanja.
Heyhoo I know. Girls just wanna have fun. Shopping is the best treatment. Tapi, setelah menyadari ada yang tidak beres dengan hidupmu, dan telah mengenali adiksimu, maka langkah selanjutnya adalah just stop buy it. Right now. No Excuse. Setiap hari setiap waktu melihat tumpukan barang dirumah itu menjadi perasaan terburuk yang pernah saya rasakan. Mungkin begitu juga kamu. Apalagi ketika bongkar-bongkar barang ternyata ada yang masih tersegel atau terbungkus rapi belum pernah tersentuh. Atau menyesal pada saat beli barang eh ternyata dirumah kita sudah punya tapi tidak pernah dipakai karena lupa dan karena senang pas belinya saja. Jika kamu masih ragu, coba minta tolong orang terdekatmu untuk mengingatkan. Orang tua, suami, kakak, adik, sahabat adalah orang yang paling bening penilaiannya dan paling apa adanya untuk menegurmu. Langkah selanjutnya: catat semua pengeluaran harian melalui pengumpulan struk belanja dan dicatat dalam buku khusus. Ini memudahkan dirimu untuk lekas sadar karena data berbicara. Berjanjilah pada dirimu sendiri untuk berubah.
3. Singkirkan barang-barang yang tidak terpakai
Fase ini juga tidak mudah. Karena deep down inside our heart, kita merasa butuh semua barang itu. Atau merasa suatu saat pasti terpakai. Suatu saat pasti butuh. Nanti bisa di”wariskan” ke saudara, buat anak kita nanti, dll. Tanya dengan jujur barang apa saja yang dalam jangka waktu 6 bulan terakhir tidak kamu gunakan. Just let it go. Berikan ke orang yang lebih membutuhkan, jual ke preloved atau garage sale, sumbangkan, mau dibuang juga boleh. Tidak sanggup? Ask your husband/ family for helping. Biasanya “pihak luar” lebih mantap beres-beresnya karena tidak memiliku ikatan emosional dengan barang itu. Yang penting hasil akhir, kamar dan rumah kamu bersih, lapang, segar. Dan buat saya, ini berdampak juga buat mood booster.
4. Tata kamar dan rumah secara minimalis dan sederhana
Suka gemes tidak kalau lihat katalog ikea? Atau pas lagi jalan-jalan di mall lewat depan JSYK, Informa, atau Ace hardware, atau pas lagi menginap dihotel. Rasakan atmosfernya. Berbeda bukan? Coba sekarang bayangkan kalau yang akan kamu lihat dan rasakan setiap hari akan sama seperti itu? Bikin super semangat kan yaaa. Kelompokkan barang-barang sesuai fungsinya dan stick to it. Biasakan setelah dipakai semua dikembalikan rapi seperti semula. Jika ada 1 tambahan barang baru itu berarti ada 1 barang yang harus dikeluarkan. 1 hello means 1 goodbye. Bereskan barang-barang koleksimu dan letakkan di tempat khusus. Itu akan bikin kamu semangat saat menikmatinya. Cek semua tanggal kadaluarsa di makanan, di make-up, skincare, semua yang ada expired date nya dan musnahkan semua yang berbahaya.
5. Terakhir, bersyukurlah karena dengan hal yang sederhanapun kamu bisa bahagia
Secara psikologis, ruangan yang berantakan, kamar, meja kerja, kantor,dll itu semua cerminan dari jiwa kita. Vice versa. Kalau kamu lagi bete pasti malas bebersih. Dan melihat kamarmu berantakan pasti bikin kamu badmood. Jadi mulai sekarang jaga sekitar kita tetap bersih, rapi, dan segar, niscaya hidup kita pun akan begitu adanya. Dan ketika kamu berhasil melepaskan semua barang-barang itu, yakinlah hidupmu akan jauh lebih ringan, hati lebih lapang, dan pikiran lebih jernih.
Have a wonderfull day
Untuk yang nomor dua itu masih susah ya :'( apalagi kalo dihubungkan sama nomor satu nya.
ReplyDeleteTapi bener jadi merasa bersalah banget karena masih banyak yang tersegel terus menyesal kenapa dulu dibeli :D
Iya sandrine, yang paling nyesek adalah pas beli barang ternyata sampe rumah kita baru ngeh kalo sudah punya, kan mubadzir. Apalagi godaan terberat kalo musim sale, pikiran "kapan lagi punya ini barang kalo tidak pas lagi didiskon" berujung pada belanja impulsif dan berakhir numpuk dirumah zzzzz
Deletebacanya mak jleb!
ReplyDeleteberesin rumah lagi ah sejak lahira belom bongkaran lagi nih.
Semangattt mb nuke ♥ aku juga lagi mau beberes kamar as soon as possible
DeleteWah aku tersentil kak bacanya. Tapi susah banget, apalagi kalo udah addict. Btw kalo aku sih sepatu dan tas heheheh rasanya ya gitu, masih kurang aja :'D
ReplyDeletePelan-pelan aja fa, memang g gampang mengubah kebiasaan. Akupun begitu. kalo caraku biasanya kalo tertarik sama 1 barang, ku biarkan saja beberapa lama, kalo udah lama masi kepingin juga, baru beli hehe
DeleteAku baru bacaa.. adiksiku megang hp mulu Mba. Gmn ya T^T
ReplyDeletetapi hpnya cuman 1 kan nia? hehe gpp, pelan2 dikurangin main hpnya. Kalo aku sekarang lagi mengurangi main hp pas sebelum tidur, dan ngefek banget, bangun jadi lebih segeerrr
Delete