Monday, September 28, 2015

Pengantin Paes Ageng Muslim part 2

                Melanjutkan postingan saya sebelumnya tentang kisah akad nikah saya yang sempat diwarnai drama kumbara #eh sekarang saya mau sharing tentang resepsi pernikahan kami terutama baju resepsi yang temanya Paes Ageng Yogyakarta namun versi muslimah berjilbab.


        Kisah ini bermula sejak saya kursus paes (rias manten) di Yogyakarta karena iseng tidak ada kegiatan seru sepulang kantor. Belajar rias tradisional rasanya lebih ajaib in a magical way. Beda dengan kursus make up reguler yang bisa bikin wajah makin stunning dengan teknik dan perpaduan warna dan estetika yang baik, untuk make up paes, ketambahan 1 tantangan lagi yakni PAKEM. Betapa kerennya budaya Indonesia dipikiran saya, gimana tidak, ini baru secuil dari the whole traditional life di Yogyakarta dan saya sudah terpesona olehnya. 

        Ada 2 pengantin yang menjadi inspirasi saya, yang pertama Dhatu Rembulan (istrinya Tria Changcutters) dan Royal Wedding Keraton Yogyakarta Putri Sri Sultan Hamengkubuwono XIII, Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nur Astuti Wijareni dengan Achmad Ubaidillah. Wiiihhh sampai merinding saya menyaksikan foto-foto pernikahan mereka. Auranya "Agung" banget. Itulah mengapa saya jadi tertarik mempelajari Paes Ageng Yogyakarta dan bercita-cita kelak pada saat saya menikah saya pingin dipaes juga :) Fyi ada 2 jenis paes, Yogya dan Solo. Masing-masing dibagi lagi menjadi 2: Paes Ageng Yogya dan Yogya Putri. Bagitupula dengan Paes Solo. Nanti deh saya akan buat postingan tersendiri tentang ini.

Sumber: detik.com


sumber : http://www.tuan-nyonya.com/2012/11/30-days-after-married.html

        Cantik cantik yaaaa. Sejak melihat foto dhatu rembulan inilah saya makin semangat pingin nikah #eh pingin dipaes, karena ternyata bisa juga dimodifikasi menyesuaikan kita kita yang berjilbab. Sambil belajar paes, saya juga belajar tentang filosofinya. Awalnya Paes Ageng Yogyakarta hanya boleh dipakai didalam lingkup Kraton, untuk putra putri dan kerabat raja, sampai akhirnya pada zaman pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX tahun 1940 mengijinkan masyarakat menggunakan busana ini dalam upacara pernikahan. Dan setiap pernak pernik perintilan terkecil dalam bagian Paes Ageng memiliki makna yang mendalam. Beberapa yang saya tahu sbb:



1. Cunduk Mentul
Aksesoris yang dipasang (ditusukkan) di kepala diantara gelungan rambut yang biasanya berbentuk bulatan maupun kembang. Biasanya berjumlah 1, 3, 5, 7, dan 9. 1 melambangkan simbol Ke-ESA-an Tuhan, 3 sebagai simbol trimurti, 5 adalah simbol rukun Islam, 7 sebagai simbol pertolongan (pitulungan. pitu=tujuh) dan 9 sebagai simbol walisongo. Versi lain mengatakan Cunduk Mentul berjumlah 5 dan yang ditengah lebih tinggi dari yang lain, melambangkan simbol 4 arah mata angin dan 1 tujuan yakni Tuhan YME. Cunduk Mentul seharusnya dipasang terbalik menghadap belakang sebagai simbol bahwa wanita harus terlihat cantik baik dari depan maupun belakang.

2. Gunungan
Hiasan kepala ini diletakkan tepat ditengah, berbentuk seperti gunung. Melambangkan tempat yang sakral dan tempat bernaungnya para dewa. Simbol ini diletakkan dikepala wanita menandakan wanita juga harus dihormati oleh suaminya.

3. Centhung
Berbentuk gerbang berjumlah 2 yang diletakkan di kanan kiri dekat telinga. Simbol tentang gerbang kehidupan. Wanita harus siap memasuki kehidupan baru sebagai seorang istri dalam rumah tangga.

4. Cengkorongan
Ini yang sering kali disebut paes alias pola lukisan lengkungan hitam di bagian dahi di pinggiran rambut dengan berbagai ukuran. Berbentuk bunga teratai yang bermakna kesucian calon mempelai wanita. Dipinggir cengkorongan dibubuhkan bubuk emas (prada). Satu lengkungan besar ditengah disebut Penunggul atau Gajahan  berasal dari kata tunggal, yaitu terkemuka atau tertinggi, bermakna pengharapan agar seorang wanita nantinya ditinggikan derajatnya dan dihormati. Lengkungan di samping kanan dan kiri penunggul disebut Pengapit yang bermakna lambang mengapit atau mengontrol suami agar jalannya selalu lurus. Lengkungan disamping kanan dan kiri pengapit disebut Penitis, sebagai simbol bahwa segala sesuatu harus ada tujuan dan tepat sasaran. Lengkungan terluar dan paling dekat dengan telinga namanya Godheg bermakna agar kedua mempelai selalu instrospeksi diri dan tidak gegabah dan terburu-buru.



5. Citak
Lukisan kecil ditengah kening seperti bindi India sebagai simbol bahwa wanita harus fokus, berpandangan lurus kedepan, dan setia.

6. Alis menjangan ranggah 
Bentuk alis bercabang seperti tanduk rusa. Rusa adalah hewan yang cerdik, cerdas, dan anggun. Diharapkan wanita sebagai istri juga harus memiliki 3 karakter ini, cekatan, trampil, dan ulet dalam menghadapi persoalan rumah tangga.

Sumber: jogjareview.net
7. Sumping
Hiasan yang diletakkan di telinga, awalnya sumping yang digunakan trah kerajaan terbuat dari  daun pepaya yang pahit. menandakan bahwa menjadi istri harus siap merasakan pahitnya kehidupan.



8. Kalung sungsun
Kalung bersusun tiga, simbol dari 3 fase kehidupan yang harus dilalui seorang wanita. Fase kelahiran, pernikahan, dan kematian.

9. Kelat bahu
Hiasan semacam gelang yang disematkan dilengan berbentuk naga. hewan yang diyakini memiliki kekuatan besar. seperti halnya wanita yang harus kuat menghadapi berbagai masalah nantinya.

10. Gelang paes ageng
berbentuk bulat tanpa putus. simbol cinta abadi sepasang suami istri.



        Itulah sebagian kecil filosofi dari Paes Ageng Yogyakarta yang saya pelajari. Bukan acara pernikahan namanya jika tanpa kejutan, begitupun dengan persiapan resepsi pernikahan kami di 2013 silam. Berikut hal-hal sepele yang bikin greget pada saat itu:

1. Keris mempelai pria mendadak hilang tak berbekas. Sayapun sibuk cari sana sini, dan dengan tenangnya si ibu paes bilang kalo memang g pake keris untuk Paes Ageng Yogya (Ibu ini masi g nyadar juga kalo saya pernah kursus juga sama kayak dese Zzzzz). Ngeyel lah saya, nanti gimana pas prosesi sungkeman kan sebelumnya pengantin wanita ngambil keris beruntai ronce melati yang disematkan di pinggang belakang mempelai pria, diletakkan dalam posisi berdiri di kursi singgasana baru kemudian kita jongkok jalan untuk sungkeman ke orang tua masing-masing?. Si Ibu Paes bengong. tidak berapa lama kemudian timnya menemukan keris yang raib itu. Kezel deh tau mau dikibulin.

2. Untaian melati dan hiasan ijo, merah, kuning (saya lupa istilahnya) buat dilingkarkan setengah pinggang kemudian menjuntai di samping kanan dan kiri kain mempelai pria dan wanita juga tidak ada. Entah si Ibu paes lupa bawa atau apalah, hilang tak berbekas aja. Dan sampai akhir acara tidak juga ditemukan (sabarrr)

3. Selop bapak saya katutan (terbawa) dimobil Ibu paes yang menuju ke gedung mantenan lain (belakangan saya tahu kalo si Ibu Paes ini menerima 5 job paes dalam sehari itu Zzzzz)




        Terlepas dari segala drama acara resepsi pernikahan, saya dan suami bersyukur sekali acara berjalan lancar dan dipenuhi undangan yang hadir. Ngomongin soal undangan, saya juga heran kenapa ya tiap acara pernikahan di Indonesia itu bawaannya heboh banget, tidak seperti di luar negri sana yang simpel sesimpel pesta kebun, undangan cuma 20 orang (hanya keluarga dekat dan para sahabat), Pengantin bisa mingle kesana kemari, tidak dipajang diatas panggung. Orang sekaya Mark Z founder facebook saja lihat deh pesta pernikahannya sesederhana apa. Kalau di Indonesia sepertinya dan kebanyakan (berkaca dari diri sendiri) memang paling menelan biaya banyak selain buat beli rumah. Minimal tabungan bertahun-tahun kerja langsung ludes seketika (dan tidak sedikit orang yang berhutang sana sini), dengan undangan 300-500 orang (dikali 2, estimasi para undangan datang dengan pasangan), katering, dekor, rias, dannn perintilan lainnya. Somehow saya suka merenung, segitu pentingnya fase hidup ini sampai harus dirayakan dengan gegap gempita. Undangan sampai harus disortir kalau tidak mau over budget (di acara resepsi saya pun saya mungkin hanya kenal 10% dari total undangan yang hadir. sisanya mungkin teman kantor bapak ibu, keluarga, dll). Inilah uniknya Indonesia.



14 comments:

  1. Cakeeeeeeuuppp, dulu aku pengen pke paes tp ga kesampean, takut kliatan tembbem mukaku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasi nitaaa ♥ wahhh eman ya, aku juga pipi chubby tapi nekat pake paes ageng jogja hehe

      Delete
  2. Cantik, Mbak! Duh makasih udah dishare ini yah soalnya aku pengen banget nanti pas nikah pake paes :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasi putri ♥ nanti di share di blog yaa foto2 nikahan ala paes agengnya

      Delete
  3. cantik mbak. saya dulu pk apa ya? gaya jogja deh pokoknya dan bisa juga tertutup. bahkan alis dibikin tanduk menjangan tp ga dikerik. sayangnya saya sempat nyaris pingsan dua kali di panggung. keberatan kali ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasi diah ♥ wahhh keren, paes jogja putri mungkin mb, pake beludru hitam panjang ya? Ibu paesku g bisa bikin alis tanduk menjangan tanpa dikerik, jadi g pake skalian deh :(

      Delete
  4. Cantiiikk mak, tapi kok alisnya ngga dibikin bercabang mak? Aku dulu juga paesan tapi gaya solo...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasi mak ♥ iyaa nih, ibu paesku kurang canggih, dia maunya dikerik tapi aku kekeuh nolak. Biar deh alisnya biasa aja :)

      Delete
  5. Yaaak, baru baca... Wuah hebat bisa keukeuh ga mau dikerik alisnya... Aku dulu ga mau ribut akhirnya dikerik deh T_T nyesellll
    Ayu tenan Yaaak! Emang mantenan pake adat Indonesia itu paling kerasa mantennya ya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa yak wis g pake menjangan2 an kalo kudu dikerik XD foto mantenanmu yo uayuuuu tenann

      Delete
  6. Baru mampir nih Mba. Duh aku save nih filosofi2 riasnya mantap banget. Jadi punya wacana pengen pake paes juga :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. asiiiik pasti nanti nia cantik banget pas nikahan di paes :))

      Delete